Saturday, May 29, 2010

The Art of Doing Nothing

Seperti pada perjalanan, berdiam tanpa melakukan apapun memerlukan rute, juga waktu, sering juga alasan meski terkadang tanpa tujuan. Dan sunyi! tambahmu.

Bukankah sunyi adalah perjalanan paling puisi?

Sunyi yang bisa mendengar denting hati. Seperti malam yang mendengar suara. Seperti hening yang membuka jendela jiwa. Seperti di kesenyapan gerak diam, jiwa menemukan dentum iramanya. Demikianlah jalan sunyi mempertemukan dengan kekasih jiwa. Ketika diam adalah puncak rasa, melampaui semua tanda baca dan kata-kata.

Pejamkan mata. Sebab dengan tanpa melakukan apapun, kita membaca semesta, membiarkannya melingkupi seperti angin seperti udara seperti hampa yang demikian penuh.

Menjadi satu dengan semesta.

Semesta jiwa-ku, -mu, -Nya.

Sebab pernah disabdakan: barang siapa telah bersatu dengan semesta, maka ia telah memiliki jalan rasa. Jalan yang dilalui dengan kendaraan cinta, menuju rahim jiwa. Ketika pencapaian bukan lagi menjadi akhir, melainkan awal. Demikianlah dikisahkan hikayat pencarian yang paling purba.

Selamat datang di jalan sunyi ini. Seni perjalanan dalam diam. Tetirah yang mengarungi samudera hati, mendaki puncak-puncak kenangan dalam gelembung-gelembung kaca, menyeberangi padang ketika ilalang setia mencintai angin dan musim, membaca peta bintang, memaknai dedaunan yang luruh dan kelahiran embun; sehingga semesta menjadi nafas yang menyanyikanmu rayuan cinta pada kehidupan.

Perjalanan kali ini. Takdir. Jalan sunyi. Perjalanan takdir jalan sunyi!
Sebab dalam diam dan tidak melakukan apapun, percakapan kita menjadi riuh dan .. sempurna.

Tidak melakukan apapun adalah maha karya seni diri!

Mandala - peACEHeart, 300510
dialog sunyi dengan sang serambi cinta, rismanaceh

No comments:

Post a Comment