Monday, August 18, 2008

percakapan sore di pinggir sawah

pematang sawah petak di samping sekolahku bagiku tampak seperti lingkaran. sebuah pusaran waktu yang menggelinding condong ke arah barat, turun sedikit, senyap dan perlahan. aku sering merasa takjub dengan keheningannya menyikapi gelombang hingar yang bertumbuhan seperti jamur di sekeliling liuk padinya. seperti rumah pohon. yang menjadikan kenangan masa kecil tidak pernah menjadi benar-benar melelahkan..

sore itu, lembar-lembar kertas yang kulipat menjadi tangkai permen, bangau, berlompatan mengejar angka-angka yang hidup di darah dan nadi kita. "seperti inikah ketika puisi berkhianat?"

pematang sawah petak di samping sekolahku bagiku tampak seperti lingkaran. seorang perempuan beraroma senja kerap terlihat menari berputar-putar di antara liukan padi dan dangau. dari bibirnya, terdengar senandung yang seperti berasal dari gesekan tangkai padi dan angin. matanya jingga keemasan. seperti cinta langit yang mengikatkan ujung pelangi di rambutnya.

aku, perempuan yang menari di pematang sawah, sore dan hijau sawah adalah sahabat percakapan sore hari.

No comments:

Post a Comment