Wednesday, April 3, 2002

Puisi Pagi dan Dasi

Percakapan-percakapan kita adalah puisi yang 
menghelai serupa kelahiran larik matahari
dan lembar-lembar dasi sebagai simpul.
Kekasih, demikianlah hari selalu terbit dari
rona pipimu, menaiki degup debar perjalanan
ini. Seperti masa yang kita simpan dalam bulir-bulir pundi
menjadi mimpi sementara jemari kita menghitung
cinta yang masih bertubi-tubi.


Katamu, secangkir kopi dan dasi adalah diksi
yang terjalin dalam abstraksi pentas rasa danw arna-warni
merah serupa denting-denting putaran sendok
biru dalam garis-garis yang mengaromakan kenangan
menggenang dalam linangan hitam yang tetes-tetesnya
mengabarkan kepulangan sore yang ungu.
Lenggang dalam tunggu.


Ketika sekecup pagi dan dasi adalah mantra yang
terburai dari lingkaran yang semestinya menasbihkan kita dalam ode, maka
kularungkan warna-warnanya menjelma doa yang mengabu!
Kekasih, telah kutukar pelangi yang menggelombangi rambutmu di pagi
dengan hujan yang senantiasa memantrai namamu.
Dengannya, kukenakan ia sebagai dasi, sebagai hati
yang menggantungi cinta yang tertinggal setelah
pejam matamu yang memberi titik pada kalimah cinta
kita
masih
bertubi-tubi.

No comments:

Post a Comment