Wednesday, May 25, 2011

Percakapan Virtual dan Monitor



ada yang hendak kueja namun tertahan dalam kejap mata. ialah rasa ialah makna yang hendaknya kita simpan saja dalam dada. biar ia jadi rahasia nurani kita sendiri.
<received>

rahasia. dalam rupa tanda dan tanya penjuru samudera. kemanakah seharusnya angin berpeta? isyarati aku.
<sent>

seekor kupu-kupu terbang menuju senja. tak ada rahasia, katanya. memang tidak, kataku. hinggap saja di bahu sementara angin masih mengayunmu. memang bukan rahasia bila ini rindu!
<received>

kupu kupu pulang kala senja, memunguti luka. sebatang rumput liar di dada, bercerita, tentang cinta, kerlip mata, lalu puisi.
<sent>

aku melihat api sekaligus sepi. pada sepasang mata yang sama adalah luka. lalu kuputuskan untuk menjadi sunyi saja sementara. keluar dari lingkaran rasa dan kembali belajar bijaksana. aku memang tidak pandai memaknai petanda.
<received>

aku melihat warna saling silang dan kontras. kuputuskan saja menjadi buta. tapi masih kudengar suara saling memaki. kubunuh telinga, kubunuh hati. masih saja tak mengerti!
<sent>

maka jadilah kita batu. bunuh segala duka. liburkan indramu dan jadilah yang maha tidak tahu.
<received>

tapi kata kata selalu tahu.
<sent>

kata-kata bisa saja menjadi aksara mati. hilangkan saja huruf vokal, seperti lautan yang meniadakan senja, menggantinya menjadi lagu bagi hati yang mengenal rindu
<received>

maka kata akan menggalau merindu. kita. orang orang yang membunuh masa dan memerdekan rasa.
 <sent>

kita. para musafir yang menyulang kata kata menjadi butir-butir air mata yang mengasini laut. kelak, ia akan merupa mimpi yang berumah pada kata-kata yang mengeja kesejatian
<received>

itu ketika sunyi adalah cinta, ketika pejalan pejalan saling bertemu dalam sepi jalan. kita menua, di dalamnya, di dalam cinta
<sent>

aku ingin sunyi yang seperti rahim
<received>

bukankah semesta adalah ibu dan laut adalah rahim? dengannya, luka menjadi ombak yang mengayun dalam kesejatian. seekor kupu kuning yang pulang, bercerita, tentang dongeng, cuaca yang rontok, dan matamu.
<sent>

mataku yang merindui matamu.
<received>

mataku yang puisi pada matamu.
<sent>


{sebab malam dan langit adalah kupu-kupu kuning yang berpendaran antara cerita-cerita}

No comments:

Post a Comment